Rabu, 18 Januari 2012

Be Positive

Berpikirlah positif
Rasa frustasi datang dari pikiran negatif
Kembalilah berpikir positif
Bertemanlah dengan orang yang berpikir positif
Dan terlibatlah dengan kegiatan positif

Ada perbedaan yang sangat mendasar antara orang yang optimis dengan orang yang pesimis. Orang yang pesimis memandang kegagalan sebagai kiamat kehancuran, mereka menjadi putus asa dan merasa sudah tak ada harapan lagi. Sebaliknya pada orang yang optimis, kekalahan hanyalah sementara, sebagai batu pijak untuk mendaki lebih tinggi lagi. Sikap optimistis ini sejatinya bisa dilatih.
Caranya belajarlah untuk berpikir positif. Kalau dulu menganggap diri anda tidak berarti, tidak ada gunanya lagi, tidak ada harapan, sekarang berpikirlah bahwa: Walaupun ada kegagalan, ada gangguan, tertimpa musibah, itu sifatnya hanya sementara. Anda tidak perlu berputus asa, pengalaman adalah guru terbaik, mulai lagi, coba lagi, Anda pasti mampu, anda pasti bisa, pasti berhasil. Dengan demikian kebiasaan berpikir positif ini akan memupuk rasa percaya diri (optimis), mengalahkan rasa cemas dan depresi.
Pikiran yang positif hanya bisa dilatih dengan pengedalian respon dan perasaan yang positif, terhadap apa saja peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Karena pikiran kita hanya dapat memikirkan satu hal dalam satu waktu yang bersamaan, hal itu berarti bahwa kita dapat mengkondisikan pikiran kita. Latihannya, coba pikirkan semua hal yang positif, pilihlah `makanan-makanan` yang higienis ke dalam pikiran kita, niscaya tidak akan ada tempat bagi pikiran beracun, sampah pikiran dan informasi yang mengganggu ketenangan hidup kita.
Apabila kepala kita terlanjur terinfeksi pikiran negatif, kita dapat membuangnya segera dan menggantinya dengan sebuah pikiran positif. Caranya: 1). Kita harus menyadari dan mampu mendefinisikan sesuatu perasaan kita, dengan kaliamat yang tepat. Rasakan, akuilah, kemudian katakanlah: “saya sangat terganggu; saya merasa tertekan; saya merasa di remehkan” dst. Anda dapat secepat kilat mengganti pikiran negatif dengan pikiran yang positif, dengan syarat 2) Pikiran kita dalam kondisi sehat, yaitu belum tumbuh benalu kemarahan, kebencian, kerakusan, irihati, prasangka buruk, keserakahan dan sebagainya.
Jika sudah terlanjur membenci seseorang akan sangat sulitlah switching pikiran kearah yang positif. Memang agak sulit, karena yang sering terjadi justru pembenaran akan tindakan subyektif anda. Ibarat melihat lukisan indah sang Maestro, di tempat gelap. Tak akan tampak keindahannya yang tampak hanya hitam, gelap, alias keburukannya.
Kalau itu yang terjadi, satu-satunya jalan harus mencabut dulu benalu kebencian itu dari mindset kita, dan ini pekerjaan besar yang juga tidak mudah.
Kemampuan mengubah pikiran adalah seperti otot, dapat tercipta berkat latihan dan disiplin yang sungguh-sungguh. Dengan cara: memilih pikiran positif, memilih respon dan perasaan positif, agar dengan itu kita bisa berperilaku dan berbicara positif.
Contoh kasus untuk exercise: Misalkan anda sedang mengemudikan kendaraan, tanpa disangka-sangka ada sebuah mobil menyalip dengan kecepatan tinggi. Anda akan terkejut dan hampir celaka. Menghadapi situasi ini. Anda mempunyai beberapa pilihan: 1. Mengejarnya, menghalanginya, dan mengajaknya berkelahi. 2. Memilah tidak melakukan apapun, kecuali mengemudikandan melupakan insiden kecil tadi.
Sepintas respon pilihan kedua adalah yang paling damai dan menenangkan, tapi kebanyakan kita masih marah dan jengkel, karena belum memilih berpikir positif. Cobalah ubah pikiran, bayangkan bahwa didalam mobil orang tadi ada yang sedang meronta-ronta karena akan melahirkan? Terlepas dari benar atau salah pikiran tadi, tidak perlu dipersoalkan, toh peluangnya tetap fifty-fifty.
Masalah bukan disitu, yang terpenting bagi kita adalah menghilangkan “serangan jantung ringan” tadi, sehingga terhindar dari amarah dan emosi. Saya sering mencobanya, saya berpikir dan bayangkan bahwa orang yang menyalip dalam kesulitan, sekonyong-konyong perasaan amarah itu lenyap begitu saja. Yang muncul justru rasa kasihan, sambil mendo'akan semoga orang tersebut sampai di tujuan dengan selamat.
Kejengkelan yang mirip sama bisa Anda temui di rumah (masalah keluarga), di kantor, dengan atasan, bawahan maupun sesama rekan, di jalanan, di lapangan, atau di mana saja. Dengan metode latihan yang sama, cobalah anda ubah pikiran, respon, dan perasaan yang negatif menjadi pikiran, respon, dan perasaan positif. Pastilah akan melahirkan sikap (berbicara, penampilan, perilaku) yang positif juga.
Manfaat mindset positif ini selain membuat kita tidak cemas atau depresi, juga bisa mendorong sikap optimistis yang meningkatkan daya tahan tubuh kita. Sebuah penelitian di Belanda terhadap 1.000 orang manula, kematian akibat sakit jantung pada orang yang optimistis ternyata 23 persen lebih rendah ketimbang mereka yang pesimistis. Dari 1.100 orang manula di Ohio, yang di teliti selama 20 tahun, ditemukan mereka yang optimistis hidupnya lebih panjang 7 tahun ketimbang mereka yang pesimistis.
Jika Anda sudah berhasil mengubah mindset menjadi lebih positif, maka karakter otomatis itu akan 'menular' pada keluarga Anda. Karena semua sikap, pendapat, nasihat pada anak-anak dalam menghadapi masalah-masalahnya selalu dalam perspektif yang positif, inspiratif dan mencerahkan. Dan tak akan pernah ada keluar kalimat atau pedapat yang bernada pesimis, putus asa, menyalahkan, menjelekkan, mengutuk ataupun meratapi nasib.
Silahkan mencobanya dan rasakan bedanya, hidup pasti akan lebih indah dan bergairah. Termasuk anak-anak Anda, sangat antusias dan bergairah dalam mengejar `impian`nya. Bagaimana pengalaman Anda?


Dikutip dari buku Ummi Inside Karya Misbahul Huda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar