Berpikirlah positif
Rasa frustasi datang
dari pikiran negatif
Kembalilah berpikir
positif
Bertemanlah dengan orang
yang berpikir positif
Dan terlibatlah dengan
kegiatan positif
Ada perbedaan yang sangat
mendasar antara orang yang optimis dengan orang yang pesimis. Orang
yang pesimis memandang kegagalan sebagai kiamat kehancuran, mereka
menjadi putus asa dan merasa sudah tak ada harapan lagi. Sebaliknya
pada orang yang optimis, kekalahan hanyalah sementara, sebagai batu
pijak untuk mendaki lebih tinggi lagi. Sikap optimistis ini sejatinya
bisa dilatih.
Caranya belajarlah untuk
berpikir positif. Kalau dulu menganggap diri anda tidak berarti,
tidak ada gunanya lagi, tidak ada harapan, sekarang berpikirlah
bahwa: Walaupun ada kegagalan, ada gangguan, tertimpa musibah, itu
sifatnya hanya sementara. Anda tidak perlu berputus asa, pengalaman
adalah guru terbaik, mulai lagi, coba lagi, Anda pasti mampu, anda
pasti bisa, pasti berhasil. Dengan demikian kebiasaan berpikir
positif ini akan memupuk rasa percaya diri (optimis), mengalahkan
rasa cemas dan depresi.
Pikiran yang positif
hanya bisa dilatih dengan pengedalian respon dan perasaan yang
positif, terhadap apa saja peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Karena pikiran kita hanya dapat memikirkan satu hal dalam satu waktu
yang bersamaan, hal itu berarti bahwa kita dapat mengkondisikan
pikiran kita. Latihannya, coba pikirkan semua hal yang positif,
pilihlah `makanan-makanan` yang higienis ke dalam pikiran kita,
niscaya tidak akan ada tempat bagi pikiran beracun, sampah pikiran
dan informasi yang mengganggu ketenangan hidup kita.
Apabila kepala kita
terlanjur terinfeksi pikiran negatif, kita dapat membuangnya segera
dan menggantinya dengan sebuah pikiran positif. Caranya: 1). Kita
harus menyadari dan mampu mendefinisikan sesuatu perasaan kita,
dengan kaliamat yang tepat. Rasakan, akuilah, kemudian katakanlah:
“saya sangat terganggu; saya merasa tertekan; saya merasa di
remehkan” dst. Anda dapat secepat kilat mengganti pikiran negatif
dengan pikiran yang positif, dengan syarat 2) Pikiran kita dalam
kondisi sehat, yaitu belum tumbuh benalu kemarahan, kebencian,
kerakusan, irihati, prasangka buruk, keserakahan dan sebagainya.
Jika sudah terlanjur
membenci seseorang akan sangat sulitlah switching pikiran
kearah yang positif. Memang agak sulit, karena yang sering terjadi
justru pembenaran akan tindakan subyektif anda. Ibarat melihat
lukisan indah sang Maestro, di tempat gelap. Tak akan tampak
keindahannya yang tampak hanya hitam, gelap, alias keburukannya.
Kalau itu yang terjadi,
satu-satunya jalan harus mencabut dulu benalu kebencian itu dari
mindset kita, dan ini pekerjaan besar yang juga tidak mudah.
Kemampuan mengubah
pikiran adalah seperti otot, dapat tercipta berkat latihan dan
disiplin yang sungguh-sungguh. Dengan cara: memilih pikiran positif,
memilih respon dan perasaan positif, agar dengan itu kita bisa
berperilaku dan berbicara positif.
Contoh kasus untuk
exercise: Misalkan anda
sedang mengemudikan kendaraan, tanpa disangka-sangka ada sebuah mobil
menyalip dengan kecepatan tinggi. Anda akan terkejut dan hampir
celaka. Menghadapi situasi ini. Anda mempunyai beberapa pilihan: 1.
Mengejarnya, menghalanginya, dan mengajaknya berkelahi. 2. Memilah
tidak melakukan apapun, kecuali mengemudikandan melupakan insiden
kecil tadi.
Sepintas
respon pilihan kedua adalah yang paling damai dan menenangkan, tapi
kebanyakan kita masih marah dan jengkel, karena belum memilih
berpikir positif. Cobalah ubah pikiran, bayangkan bahwa didalam mobil
orang tadi ada yang sedang meronta-ronta karena akan melahirkan?
Terlepas dari benar atau salah pikiran tadi, tidak perlu
dipersoalkan, toh peluangnya tetap fifty-fifty.
Masalah
bukan disitu, yang terpenting bagi kita adalah menghilangkan
“serangan jantung ringan” tadi, sehingga terhindar dari amarah
dan emosi. Saya sering mencobanya, saya berpikir dan bayangkan bahwa
orang yang menyalip dalam kesulitan, sekonyong-konyong perasaan
amarah itu lenyap begitu saja. Yang muncul justru rasa kasihan,
sambil mendo'akan semoga orang tersebut sampai di tujuan dengan
selamat.
Kejengkelan
yang mirip sama bisa Anda temui di rumah (masalah keluarga), di
kantor, dengan atasan, bawahan maupun sesama rekan, di jalanan, di
lapangan, atau di mana saja. Dengan metode latihan yang sama, cobalah
anda ubah pikiran, respon, dan perasaan yang negatif menjadi pikiran,
respon, dan perasaan positif. Pastilah akan melahirkan sikap
(berbicara, penampilan, perilaku) yang positif juga.
Manfaat mindset positif ini selain membuat kita tidak cemas atau
depresi, juga bisa mendorong sikap optimistis yang meningkatkan daya
tahan tubuh kita. Sebuah penelitian di Belanda terhadap 1.000 orang
manula, kematian akibat sakit jantung pada orang yang optimistis
ternyata 23 persen lebih rendah ketimbang mereka yang pesimistis.
Dari 1.100 orang manula di Ohio, yang di teliti selama 20 tahun,
ditemukan mereka yang optimistis hidupnya lebih panjang 7 tahun
ketimbang mereka yang pesimistis.
Jika
Anda sudah berhasil mengubah mindset menjadi lebih positif, maka
karakter otomatis itu akan 'menular' pada keluarga Anda. Karena semua
sikap, pendapat, nasihat pada anak-anak dalam menghadapi
masalah-masalahnya selalu dalam perspektif yang positif, inspiratif
dan mencerahkan. Dan tak akan pernah ada keluar kalimat atau pedapat
yang bernada pesimis, putus asa, menyalahkan, menjelekkan, mengutuk
ataupun meratapi nasib.
Silahkan
mencobanya dan rasakan bedanya, hidup pasti akan lebih indah dan
bergairah. Termasuk anak-anak Anda, sangat antusias dan bergairah
dalam mengejar `impian`nya. Bagaimana pengalaman Anda?
Dikutip
dari buku Ummi Inside Karya Misbahul Huda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar